Poptren.suara.com - Pada tanggal 8 Maret, seluruh dunia memeringatinya sebagai Hari Perempuan Internasional atau yang disebut juga Hari Kesetaraan Gender.
Ini merupakan hari yang didedikasikan untuk merayakan prestasi perempuan, mengadvokasi kesetaraan gender, dan mempromosikan hak-hak perempuan di seluruh dunia.
Sejarah Hari Perempuan Internasional pertama kali dimulai pada tahun 1908, yang dimana ada sekelompok perempuan di Amerika Serikat yang sedang mengadakan aksi demonstrasi yang menuntut hak-hak perempuan, termasuk hak untuk memilih.
Kemudian, pada tahun 1910, sebuah konferensi internasional di Kopenhagen menyarankan bahwa tanggal 8 Maret menjadi Hari Perempuan Internasional, sebagai peringatan atas perjuangan perempuan dalam mencapai kesetaraan gender.
Baca Juga:Deretan Penyebab Perempuan Merajuk pada Pasangannya
Sejak saat itu, Hari Perempuan Internasional telah dirayakan di seluruh dunia sebagai sebuah momen penting untuk mempromosikan kesetaraan gender, menghargai peran perempuan dalam masyarakat, dan menyoroti masalah-masalah yang dihadapi oleh perempuan di seluruh dunia.
Tema Hari Perempuan Internasional ini berbeda-beda setiap tahunnya. Beberapa tema yang telah diangkat pada peringatan Hari Perempuan Internasional di masa lalu termasuk kesehatan perempuan, kesetaraan dalam dunia kerja, kekerasan terhadap perempuan, dan hak-hak perempuan di seluruh dunia.
Meski banyak kemajuan yang telah dicapai dalam memperjuangkan kesetaraan gender, masih banyak tantangan yang dihadapi oleh perempuan di seluruh dunia.
Beberapa masalah yang dihadapi oleh perempuan termasuk diskriminasi dalam dunia kerja, kesenjangan gaji antara laki-laki dan perempuan, kekerasan terhadap perempuan, dan akses yang terbatas terhadap pendidikan dan layanan kesehatan.
Oleh karena itu, Hari Perempuan Internasional tetap menjadi momen penting untuk mempromosikan kesetaraan gender, mengadvokasi hak-hak perempuan, dan menghargai prestasi perempuan dalam masyarakat.
Baca Juga:Perlukah Perempuan Lakukan Deteksi Dini Kanker Payudara?
Sebagai individu, kita semua dapat berkontribusi untuk mempromosikan kesetaraan gender dengan menghargai dan mendukung perempuan di sekitar kita, memperjuangkan hak-hak perempuan, dan menentang segala bentuk diskriminasi dan kekerasan terhadap perempuan.
Perempuan dan ruang digital
![Pekerja perempuan di era digital. [iStock]](https://media.suara.com/suara-partners/poptren/thumbs/1200x675/2023/03/08/1-istockphoto-1350582685-612x612.jpg)
Mengutip Unwomen yang menuliskan bahwa perempuan hanya mencakup 22% dari pekerja kecerdasan buatan di seluruh dunia. Namun analisis global mengatakan bahwa terdapat 133 sistem AI di seluruh industri menemukan bahwa 44,2% menunjukkan bias gender.
Dan juga ada sebuah survei jurnalis perempuan yang mengatakan bahwa dari 125 negara menemukan bahwa 73% mengalami kekerasan daring selama bekerja.
Namun saat ini kesenjangan gender yang terus-menerus terjadi dalam akses digital membuat perempuan tidak dapat membuka potensi penuh teknologi. Kurangnya keterwakilan mereka dalam pendidikan dan karier masih menjadi penghalang utama bagi partisipasi mereka dalam desain dan tata kelola teknologi.
Ancaman kekerasan berbasis gender yang merajalela di dunia maya--ditambah dengan kurangnya perlindungan hukum--terlalu sering memaksa mereka untuk keluar dari ruang-ruang digital yang mereka tempati.
Di saat yang sama, teknologi digital membuka pintu baru bagi pemberdayaan perempuan, anak perempuan, dan kelompok terpinggirkan lainnya secara global.
Mulai dari pembelajaran digital yang responsif gender hingga layanan kesehatan seksual dan reproduksi yang difasilitasi oleh teknologi, era digital merupakan peluang yang belum pernah ada sebelumnya untuk menghilangkan segala bentuk kesenjangan dan ketidaksetaraan.