Poptren.suara.com - Indonesia adalah salah satu negara dengan potensi sumber daya alam yang sangat besar. Namun, untuk dapat memanfaatkan potensi tersebut secara optimal, Indonesia membutuhkan sumber daya manusia (SDM) yang memiliki kemampuan dan keterampilan dalam bidang sains dan teknologi, terutama dalam pengolahan dan analisis data.
Dalam era digital dan industri 4.0 seperti sekarang ini, data menjadi salah satu aset yang sangat berharga. Namun, pengolahan dan analisis data tidaklah mudah. Dibutuhkan kemampuan dan keterampilan khusus untuk dapat memahami dan memanfaatkan data secara efektif.
Sayangnya, di Indonesia masih kurangnya jumlah SDM yang memiliki kemampuan dan keterampilan dalam bidang data sains. Hal ini menjadi kendala dalam pengembangan dan pemanfaatan potensi sumber daya alam yang ada di Indonesia.
Berdasarkan riset dari Bank Dunia tahun 2018, Indeks Sumber Daya Manusia (Human Capital Index/HCI) Indonesia berada pada peringkat 87 dari 157 negara.
Baca Juga:Mengenal Modus Kejahatan SIM Swap yang Bisa Menguras Data dan Isi Kantong Kamu
Nilai HCI Indonesia adalah 0,53 tertinggal dari beberapa negara Asia Tenggara. HCI pada dasarnya adalah ukuran bagaimana kondisi pengetahuan, ketrampilan, dan kesehatan, untuk dapat mendukung produktivitas SDM.
Hal itu tentu selaras dengan apa yang dikatakan Nadiem Makarim, Meteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, yang mengatakan, “ Di era digital, hanya data yang berbicara sehingga jika orang tidak bisa menganalisa data, orang yang tidak bisa melihat chart, melihat trend secara critical, dia akan tertinggal”.
Data Sains dan masa depan SDM Indonesia
![Para pembelajar data sains di Yayasan Komunitas Open Sorce [Istimewa]](https://media.suara.com/suara-partners/poptren/thumbs/1200x675/2023/03/07/1-73120763-2321154224816983-5542391623150731264-n.jpg)
Teknologi inovasi seperti Artificial Intelligence (AI), Machine Learning (ML), Data Science/data sains (ilmu data), Internet of Things (IoT), saat ini telah berkembang pesat di Industri Indonesia. Semua itu membutuhkan pengolahan data dalam pembelajaran mesin (ML) atau untuk mengambil keputusan.
Pendek kata, big data yang diolah dengan ilmu data menjadi senjata tajam dalam kegiatan bisnis dan persaingan global.
Salah satu SDM yang saat ini cukup dibutuhkan adalah data sains, yang merupakan studi tentang data dengan pengembangan metode mendapatkan, menyimpan, dan menganalisis data, untuk secara efektif mengekstrak menjadi informasi yang berguna.
Baca Juga:Ketika Anak Pesantren Melek Literasi Digital
Tujuan data sains adalah untuk memperoleh wawasan (data insight) dan pengetahuan dari semua jenis data. Kondisi ini tentu perlu menyelaraskan dengan kondisi global mengenai kebutuhan sumber daya di bidang data sains.
Sejatinya, Indonesia juga membutuhkan SDM yang berbakat dalam pengolahan dan pemanfaatan data untuk mendukung pengembangan industri, bisnis, dan implementasi kebijakan di pemerintahan, sektor publik, dan berbagai kebutuhan industri lainnya.
Oleh karena itu, Indonesia perlu meningkatkan jumlah dan kualitas SDM yang mampu mengolah dan menganalisis data dengan baik. Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan pendidikan dan pelatihan di bidang sains dan teknologi, terutama dalam bidang pengolahan data.
Pembelajaran data sains secara gratis
![Yayasan Komunitas Open Source. [Istimewa]](https://media.suara.com/suara-partners/poptren/thumbs/1200x675/2023/03/07/1-66274563-2248000312132375-2806145410014380032-n.jpg)
Sayangnya, belajar data sains bukan perkara gampang lagi murah. Noble Desktop menggambarkan biaya yang dibutuhkan untuk menjalani kursus atau mempelajari data sains secara intensif yakni berkisar antara USD3.000 (Rp46 juta) hingga USD5.000 atau sekitar Rp76 juta.
Sebuah nominal yang tak murah, terlebih tak banyak mahasiswa di Indonesia yang memiliki tingkat ekonomi tinggi untuk bisa kursus semahal itu.
Berangkat dari angka-angka tadi, serta bertujuan untuk menggenjot jumlah SDM dibidang ilmu data, salah satu yayasan di wilayah Jatiwaringin, Bekasi, Jawa Barat, memberikan sebuah peluang dengan menyediakan pembelajaran data sains secara gratis.
Adalah Yayasan Komunitas Open Source yang telah berdiri selama 8 tahun (sejak 2015), yang rutin memberikan pembelajaran data sains secara gratis, baik melalui daring maupun luring.
Pembelajaran daring ilmu data dari Yayasan Komunitas Open Source biasanya dilakukan saban pekan dengan beberapa pengajar atau narasumber.
Arief Rama Syarif, sosok di balik gerakan belajar data sains secara gratis menyatakan bahwa apa yang dilakukan oleh Yayasan komunitas Open Source adalah untuk menumbuhkan dan menggenjot komunitas- komunitas SDM berbasis data.
Ia juga menyebut bahwa dalam mempelajari ilmu data tak serumit yang dibayangkan. Hanya saja perlu konsistensi dan kemauan yang kuat.
"Gak perlu jadi ahli IT untuk belajar data sains. Banyak komponen penunjang yang bisa digunakan untuk belajar ilmu data, dimulai dari cara sederhana, melakukan uji coba, melakukan pendalaman, hingga pada ujungnya kita akan mendapatkan insight,'' bebernya pada Poptren beberapa waktu lalu.
Sosok yang merupakan dosen, praktisi data, dan narasumber di beberapa acara literasi data dan digital ini juga berharap bahwa talenta-talenta muda di Indonesia yang mahir mengolah data harus terus bertambah, seiring dengan kebutuhan industri.
Beberapa muridnya yang pernah ia tempa, kini sebagiannya telah menjalani tantangan dengan mengerjakan analisa data di industri logistik, lainnya menjadi mentor di salah satu jenama internasional, Amazon Web Service (AWS).
"Pintu yayasan akan selalu terbuka bagi mereka yang mau konsisten belajar. Gak perlu mikirin biaya dan fasilitas, karena kami sediakan semua. Yang penting cukup modal semangat belajar dan mau berbagi ilmu," pungkasnya.