Poptren.suara.com – Selama ini banyak orang yang menganggap bahwa Maag dan GERD (gastroesophageal reflux disease) sering sekali disamakan.
Maag dan GERD ternyata memiliki gejala yang berbeda. Simak perbedaan maag dan GERD agar kamu bisa menanganinya dengan tepat.
Perbedaan maag dan GERD
Maag merupakan istilah menggambarkan gejala yang dirasakan tubuh saat tidak nyaman pada bagian pecernaan. Kondisi inilah yang banyak orang samakan dengan GERD.
Baca Juga:Deretan Sayuran yang 'Hukum' nya WAJIB Dihindari Penderita Diabetes
GERD terjadi karena kondisi ketika cairan asam lambung naik hingga ke kerongkongan (esofagus) hingga mencapai ke bagian mulut.
Biasanya orang yang mengalami maag bisa jadi meningkat ke gejala GERD.
Namun, ada hal lain yang membedakan keduanya. Pasalnya, jika kamu salah penanganan pada kedua kondisi ini maka akan beresiko mendapatkan penanganan yang tak sesuai.
Ciri – ciri maag
Pada saat anda mengalami maag, rasa sakit dapat datang dan silih berganti. Berikut ciri-ciri maag :
Perut terasa penuh saat makan, terutama saat sebelum menghabiskan makan.
Perut terasa tidak nyaman saat setelah makan
Ulu hati nyeri
Sering bersendawa dan buang angin
Perut kembung pada bagian atas
Mual dan muntah
Gejala GERD
Berbeda dari maag, gejalan GERD lebih cenderung parah, karena GERD yaitu refluks asam lambung yang ditandai dengan sensasi terbakar pada dada.
Biasanya saat GERD ada gejala yang timbuh hingga sangat menganggu, yaitu :
Dada terasa terbakar setelah makan terutama saat malam hari
Asam lambung akan naik hingga ke kerongkongan
Nyeri dada
Kesulitan menelan
Rasa mengganjal pada tenggorokan
Tak hanya itu saja, asam lambung juga bisa mengiritasi kerongkongan hingga menimbulkan gejala ini
Batuk kronis
Suara serak akibat pita suara bengkak
Sesak napas atau gejala asma
Gangguan tidur
Gejala GERD ini memang mirip dengan gejala serangan jantung, karena GERD bisa memicu sesak napas dan rasa sakit pada sekitar rahang.
Jika kamu mengalami hal tersebut dan bingung apakah ini maag atau GERD lebih baik langsung berkonsultasi dengan dokter penyakit dalam, agar tak salah penangannya.